Bullying/Net
Bullying/Net
KOMENTAR

TIDAK ada orangtua yang nyaman ketika harus membayangkan bagaimana harus bersikap jika anak mereka memiliki perilaku agresif, jahat atau terlibat dalam tindakan intimidasi, perundungan atau bullying.

Namun sebagai orangtua, sebaiknya bisa berpikiran bijak dan membuka mata untuk menyadari bahwa hal itu bukan tidak mungkin terjadi.

Di satu sisi, orangtua harus menjaga anak-anak agar tidak menjadi korban bullying, namun di sisi lain, kita juga jangan lupa untuk menjaga anak-anak agar tidak menjadi pelaku bullying.

Namun, apa yang harus dilakukan ketika kita sebagai orangtua mengetahui bahwa anak kita telah menjadi agresor, atau pelaku bullying? Berikut enam hal yang layak dicoba untuk menanggapinya dengan bijak.

1. Jangan panik, tapi jangan mengabaikan

Sangat penting bagi orangtua untuk dapat menenangkan diri sendiri dan tidak panik jika ini terjadi. Tapi di sisi lain, lebih baik untuk tidak secara otomatis mengabaikan soal laporan itu.

"Anak-anak yang pada dasarnya baik dan ramah masih dapat bereksperimen dengan perilaku intimidasi, karena perilaku ini dapat menjadi cara untuk meningkatkan kekuatan sosial mereka," kata direktur eksekutif Pusat Pengurangan Agresi Massachusetts, Elizabeth Englander, seperti dimuat Huffington Post.

Dia menjelaskan, seorang anak yang mengalami kesulitan sosial mungkin mencoba intimidasi sebagai cara pengujian jika mereka bisa mendapatkan lebih banyak perhatian atau kekaguman dari teman-teman sekelasnya.

Sebagai orangtua, pada titik tersebut harus dapat menerima bahwa sang anak mungkin telah melakukan hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai keluarga.

"Perilaku mereka mungkin tampak sangat buruk. Tetapi Anda juga memiliki kekuatan untuk mengambil tindakan segera dan mencoba menghentikannya agar tidak terulang," sambungnya.

2. Pastikan Anda benar-benar mengerti apa arti bullying

Orangtua harus memiliki pengetahuan yang baik untuk dapat membedakan antara konflik dan intimidasi atau bullying.

Konflik adalah ketidaksepakatan yang terkadang tidak menyenangkan dan bahkan agresif. Namun dalam hal itu, kedua belah pihak memiliki kedudukan yang sama.

Sementara perilaku intimidasi atau bullying adalah tindakan yang tidak diinginkan, agresif, disengaja dan dilakukan secara berulang-ulang.

Memahami perbedaan istilah itu penting agar orangtua bisa mengerti dengan baik perilaku sang anak dan memahami seberapa serius masalah yang dihadapi.

"Bahasa di sekitar topik ini penting karena memengaruhi bagaimana siswa yang terlibat dalam suatu situasi dipersepsikan," kata koordinator di National Bullying Prevention Center PACER, Bailey Huston.

"Daripada memberi label anak sebagai pelaku bully atau pengganggu, pertimbangkan untuk menggunakan istilah (yang lebih halus), seperti anak yang menggertak. Ini pertama dan terutama mengakui bahwa mereka adalah seorang anak dan kedua mereka telah menunjukkan perilaku tertentu," sambungnya.

3. Tanya ke anak "mengapa"

Setelah Anda mengetahui bahwa anak Anda melakukan sesuatu yang tidak dapat diterima, seperti bullying, tanggungjawab terbesar orangtua adalah untuk segera berbicara tentang apa yang sedang terjadi.

"Percakapan harus terbuka dan tidak menghakimi," kata Englander.

"Apa yang Anda cari adalah pemahaman tentang mengapa mereka berperilaku (atau masih berperilaku) sedemikian rupa," sambungnya.

"Ini memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi bagaimana perasaan mereka dan untuk berbicara tentang faktor-faktor yang mungkin mengarah pada perilaku ini, seperti tekanan teman sebaya atau ditindas sendiri," kata Englander.

Momen percakapan itu juga merupakan kesempatan bagi untuk menyatakan dengan sangat jelas apa perilaku bullying itu, dan secara eksplisit menyatakan bahwa apa yang telah mereka lakukan tidak baik.

4. Tekankan pada anak bahwa yang penting adalah tindakan, bukan maksudnya




Penting! Jangan Abai Mengajarkan Gen Alpha tentang Etika dan Sopan Santun

Sebelumnya

Menyembuhkan Luka, Menumbuhkan Kekuatan: Kiat Mendampingi Remaja Menghadapi Trauma

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting